Sejarah Nusantara tidak sekerdil sejarah yang tertulis di buku-buku pelajaran sejarah sekolah yang resmi atau literasi sejarah yang ada.
Bahkan lebih dari itu, saya menemukan bukti tentang kebesaran leluhur Nusantara Kuno yang disekitar 10.000 tahun sebelum masehi sudah menguasai Dua Per-Tiga Bumi.
INDONESIA adalah negara yang sangat hebat di masa lalu. Bahkan sejak kerajaan kuno yang saat ini tinggal sejarahnya saja. Salah satu bukti kehebatan itu adalah dengan ditemukannya ragam peninggalan berupa candi dan kitab-kitab yang menjadi karya sastra hebat kala itu. Karya sastra ini ada karena peradaban saat itu sangat besar. Budaya baca tulis menjadi sesuatu yang penting hingga karya sastra tak ubahnya harta berharga.
Saat ini sastra di Indonesia bisa terbilang mulai merangkak, kadang mati suri mendadak. Penyebabnya adalah minat baca dan tulis manusia Indonesia zaman sekarang sangat rendah. Atau bisa dibilang tak ada sama sekali.
Kebesaran Nusantara di masa lalu sangat erat kaitannya dengan kebesaran tradisi yang pernah ada di Nusantara. Namun sayangnya kebesaran tradisi kita itu telah dihilangkan dengan masuknya ajaran-ajaran baru.
Bahkan ajaran-ajaran baru cenderung mem-vonis tradisi kuno menjadi animisme, dinamisme dan politeisme. Padahal ada beberapa teknologi terapan masa lalu yang sangat efektif dan menjadi kekuatan kehormatan dari kebesaran leluhur kita yang sebetulnya masih sangat relevan untuk digunakan oleh generasi kita sebagai pewaris teknologi tersebut, namun kita tidak pernah menyadarinya.
Ratusan tahun bangsa di Nusantara dibutakan oleh Belanda dengan politik tidak hanya devide et impera, namun Belanda mengobrak-abrik sejarah, menghilangkan secara sistematis dan yang paling parah menciptakan sejarah Baru, sejarah Palsu.
Menurut banyak pakar, pulau tersubur di dunia adalah Pulau Jawa. Hal ini masuk akal, karena Pulau Jawa mempunyai konsentrasi gunung berapi yang sangat tinggi. Banyak gunung berapi aktif di Pulau Jawa. Gunung inilah yang menyebabkan tanah Pulau Jawa sangat subur dengan kandungan nutrisi yang di perlukan oleh tanaman.
Raffles pengarang buku The History of Java merasa takjub pada kesuburan alam Jawa yang tiada tandingnya di belahan bumi mana pun. “Apabila seluruh tanah yang ada dimanfaatkan,” demikian tulisnya, “bisa dipastikan tidak ada wilayah di dunia ini yang bisa menandingi kuantitas, kualitas, dan variasi tanaman yang dihasilkan pulau ini.”
Bangsa Indonesia hari ini telah kehilangan jati dirinya, dimana sejarah yang telah terjadi tidak pernah kita telaah dan dijadikan suatu landasan untuk membangun bangsa dan negara.
Apakah masyarakat bangsa kita saat ini bersatu padu, bahu membahu membangun negara? Betulkah para pemimpin negeri bersinergi membangun negeri? Sungguh jauh panggang dari api. Tawuran pelajar dan mahasiswa sering terjadi. Bentrokan antar pendukung sepak bola kerap terlihat. Demo anarkis dan brutal jadi tontonan fenomenal. Debat politik yang bermotif persaingan, silang pendapat yang dilatarbelakangi kebencian mewarnai perpolitikan. Kerusuhan yang disebabkan permusuhan mewarnai kehidupan. Cukup banyak warga negara yang menjadi korban. Sungguh ironis, memalukan dan memilukan. Nilai-nilai persatuan dan kebersamaan semakin lenyap dalam kehidupan. Egois dan individualis sudah dominan merasuk di dalam hati mayoritas masyarakat bangsa kita.
secara moralitas umumnya masyarakat Indonesia hanya mengaku beragama tapi tidak konsekuen dan tidak konsisten mengamalkan ajaran agama. Lalu, Cukupkah kita mengakui dengan lisan akan adanya Tuhan Yang Maha Esa? Sementara kita enggan melaksanakan perintah Tuhan dan sering melakukan hal-hal yang dilarangNya.